Ilustrasi, Sandi di acara Imlek.
Kritikan Sandi (Calon Wapres
Prabowo) tentang harga barang dan sulit cari kerja (Merdeka, 20 Oktober, 2018),
awalnya ditanggapi oleh “dayang dayang” dan “hulu balang” dari pihak lawan dengan
sepoi sepoi.
Seperti duet, Titiek Suharto
“melantunkan” kalimat: Rp50 ribu dapat apa?.” (Detikcom, 17 Nopember, 2018).
Nah keributanpun terjadi. Kali ini, tak hanya dayang dayang dan hulu balang berkipas kepanasan,
tapi pendukung pro-Jokowi, netizen dan bahkan wartawan Detik ikut ikutan
menanggapi.
Sandi terus bergerilya dari satu
pasar ke pasar lainnya, dari satu propinsi ke propinsi, dan dari satu kapubaten
ke kabupaten lainnya. Pesan yang disampaikan konsisten: harga barang, sulit
mencari kerja, subsidi yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak
(terutama sektor pertanian) dan pengembangan bisnis untuk pemuda serta pemula
(usaha atau industri kecil).
Strategi bergerilya dengan pesan
pesan politik yang konsisten memang sudah dijanjikan oleh Jenderal Djoko Santoso,
ketua timses Prabowo-Sandi. Sebagai salah seorang putra terbaik Jawa Tengah,
fokus beliau adalah mengobrak abrik “sarang” Jokowi di tanah kelahirannya, Jawa
Tengah, yang juga adalah lumbung suara kemenangan Jokowi saat pilpres 2014.
Terbukti, Jokowi berhasil dipancing
keluar dari semedi-nya, dan menyanggah pernyataan baik Sandiaga maupun Titiek
(silahkan simak di hampir semua media nasional dan daerah: cetak, visual, audio
dan digital).
Keberhasilan memancing Jokowi juga
diiringi dengan hasil poling yang membaik untuk Prabowo-Sandi. Dari pertengahan
Oktober sampai pertengan Nopember 2018, hasil poling untuk Capres-cawapres no.2
seperti jatuh berkeping keping, berada di angka dibawah 30%. Sementara
Jokowi-Amin naik ke angka “magic number” di atas 50% dan bahkan ada hasil
poling yang mendekati angka 70%.
Lembaga survei Median (detiknews,
27 Nopember, 2018), merilis hasil poling yang mereka lakukan sbb:
Joko Widodo-Ma'ruf Amin: 47,7
persen
Prabowo-Subianto-Sandiaga Uno: 35,5
persen
*Undecided votters: 16,8 persen.
Seperti menanggapi hasil survei di
atas, ketua timses Jokowi-Amin, Erick Thohir (DetikNews, 27 Nopember, 2018)
mengatakan: “Survei Naik-Turun Biasa, Seperti Harga Sembako.” Artinya apa?
Erick secara tak langsung mengakui: 1.Memang terjadi kenaikan poling
Prabowo-Sandi; dan 2.Harga barang juga naik.
Balik ke hasil poling, ada suara
undecided (belum membuat keputusan untuk memilih siapa) sebesar 16,8%.
Seandainya Prabowo-Sandi bisa meraup 13% dari 16,8% ini, maka mereka akan mencapai garis finish sebagai “pemenang!”
Pesan yang ingin disampaikan kepada
pendukung capres-cawapres no.1 dan 2 adalah bahwa kecerdasan kecerdasan dalam
menyampaikan pesan politik sangat mempengaruhi suara. Mari kita tinggalkan
politik caci maki, fitnah dan saling membenci.
Baca Juga: